Anak-anak yang memiliki keyakinan pada diri mereka sendiri cenderung lebih mampu menghadapi berbagai rintangan dengan ketahanan yang lebih baik. Di sisi lain, anak-anak yang mengalami keraguan diri kerap terjebak dalam self-doubt atau keraguan terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Membangun rasa percaya diri pada anak bukan hanya soal memberikan pujian yang tidak berarti atau penghargaan semata. Ini lebih merupakan upaya untuk memahami dan menghargai hakikat diri anak. Mereka ingin diakui tidak hanya atas prestasi yang telah diraih, tetapi juga sebagai individu yang unik.
Peran orang tua melalui empati sangat berpengaruh terhadap cara pandang anak terhadap diri mereka dan potensi yang dimiliki. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak mengatasi self-doubt.
1. Hargai perasaan mereka
Anak-anak yang merasa didengar akan lebih menghargai emosi mereka dan tidak cenderung mengabaikannya. Memvalidasi perasaan bukan berarti harus selalu setuju, tetapi mengakui bahwa apa yang mereka rasakan adalah nyata dan penting.
“Anak-anak berkembang ketika mereka merasa diakui, didukung, dan dipahami. Tidak ada anak yang ingin orang tua mereka menunjukkan kurangnya empati,” ungkap psikolog Jeffrey Bernstein, Ph.D., dalam Psychology Today.
Misalnya, ketika anak mengeluh tentang kesulitan dalam pelajaran dan merasa bodoh, sebagai orang tua, hindari merespons dengan, “Jangan bilang begitu; kamu pintar!” Respon tersebut justru membuat anak merasa diabaikan. Sebaliknya, cobalah berkata, “Aku mengerti perasaanmu. Pelajarannya memang sulit, ya? Wajar jika merasa frustrasi. Ayo kita cari solusinya bersama!” Memvalidasi emosi anak adalah langkah awal untuk membantu mereka keluar dari self-doubt.
2. Bantu mereka menghadapi tantangan sosial
Teman sebaya memiliki dampak yang besar dalam membangun rasa percaya diri, terutama pada anak-anak pra-remaja dan remaja. Pengalaman negatif seperti bullying atau pengucilan dapat merusak kepercayaan diri mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membimbing anak dalam menghadapi situasi sulit ini agar mereka dapat bebas dari self-doubt.
Contohnya, jika anak pulang dengan perasaan sedih karena dikucilkan, dan bertanya, “Kenapa mereka membenciku?” Sebagai orang tua, alih-alih langsung mencari solusi, cobalah untuk berkomunikasi dengan, “Pasti tidak enak, ya? Ceritakan padaku bagaimana kejadian itu.” Ini memberi anak kesempatan untuk melatih respons mereka dan memperkuat hubungan dengan teman-teman mereka.
“Biarkan anak menghadapi tantangan dapat meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan harga diri. Ketika anak berhasil menghadapi tantangan, mereka akan merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri,” ungkap Dr. Daniel Amen, dokter dan psikiater, mengutip laman Good To.
Baca Juga: 5 Tips Parenting Yuska Galileo Ajarkan Anak Tata Krama
3. Lawan pesan negatif dari luar
Anak-anak sering kali menerima pesan negatif dari lingkungan sekitar terkait kecerdasan, penampilan, atau nilai diri mereka. Tugas orang tua adalah mengatasi pesan-pesan berbahaya ini dengan kasih sayang dan dukungan.
Misalnya, jika seorang anak berprestasi mengungkapkan, “Aku tidak akan pernah cukup baik, sekeras apapun aku berusaha!” Alih-alih mengabaikan kritik diri ini, cobalah untuk berkata, “Aku tahu kamu merasa seperti itu, tetapi kenyataannya, kami melihat betapa kerasnya kamu berusaha dan selalu memberikan yang terbaik. Mari kita bicarakan asal-usul perasaan ini.” Dengan mengakui perasaan anak dan mengingatkan mereka akan kekuatan yang dimiliki, orang tua membantu anak melihat diri mereka dengan cara yang lebih positif.
4. Bantu anak menemukan dan merayakan keunikan mereka
Rasa percaya diri akan berkembang dan self-doubt akan berkurang ketika anak merasa mampu dan dihargai atas diri mereka, bukan hanya karena prestasi yang didapat. Ini berarti merayakan keunikan mereka dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru.
Misalnya, jika seorang anak mengalami kesulitan dalam pelajaran dan merasa tertekan karena saudaranya selalu mendapatkan nilai A, orang tua dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi minatnya dalam memasak dengan mendaftarkannya ke kelas kuliner. Merasakan bakatnya diakui dapat membuat anak merasa bangga dan memiliki tujuan.
“Sisipkan dalam percakapan sehari-hari bahwa keunikan setiap individu itu luar biasa. Tanyakan kepada anak apa yang mereka sukai dari diri mereka dan apa yang membedakan mereka dari anak-anak lain. Jangan lupa untuk menyampaikan hal-hal positif tentang keunikan ini dari sudut pandang orang tua. Pesan positif yang konsisten dari orang tua sangat penting dalam membantu anak memiliki rasa percaya diri yang kuat,” kata psikolog Emily Edlynn, PhD, mengutip laman Parents.
Memahami anak, terutama di masa-masa sulit, mengajarkan mereka bahwa mereka berhak mendapatkan cinta dan penghargaan. Orang tua yang memvalidasi, membimbing, dan merayakan anak-anak mereka menciptakan fondasi bagi kepercayaan diri yang akan bertahan hingga mereka dewasa.
Baca Juga: 5 Tips Parenting untuk Orangtua Introver yang Memiliki Anak Ekstrover
IDN Times Community adalah media yang memberikan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dipublikasikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.